Alkisah, pada zaman dahulu kala...... (sorry pembukaan yang sangat jadul)
di negeri antah berantah......
terdapat hubungan yang sangat erat antara seorang anak manusia, panggil saja si Dul dan sebatang pohon yang sangat besar, sebut saja sang Pohon. Mereka dapat saling bercakap-cakap. Bermain bersama dan bersahabat.
Waktu kecil, si Dul suka sekali menaiki sang Pohon. Diinjak dan digelayuti seluruh cabang dan rantingnya. Jika sedang berbuah dihabisi buahnya tetapi sang Pohon sama sekali tidak marah, bahkan dia sangat bahagia kalo si Dul injak-injak cabangnya, walaupun sesekali sebagian rantingnya jadi patah. Sang Pohon malah sedih kalo si Dul agak jauh darinya.
Ketika remaja si Dul pamit pada sang Pohon untuk mengembara mencari penghidupan. Sang Pohon sedih luar biasa. Bakalan tak ada lagi yang menginjak dan mengajak
bermain dirinya.
Bertahun kemudian si Dul pulang, dan mendatangi sang Pohon dengan wajah sedih.
Dul sedih karena gak punya modal untuk kawin.
Sang Pohon sedih juga mendengarnya , akhirnya dia menyuruh si Dul untuk memotong
seluruh cabang dan rantingnya untuk dijadikan kayu bakaruntuk dijual guna biaya perkawinan.
Akhirnya si Dul bisa kawin dengan modal seluruh cabang dan ranting dari pohon yang amat besar itu.
Beberapa tahun kemudian Si Dul bertekad, ingin punya rumah sendiri. Dia bosan menumpang di rumah mertua.Tapi lagi-lagi Dul gak punya modal. Sang pohonlah yang kembali jadi tempat curhatnya. Kali ini sang Pohon bingung memberi solusi, sebab seluruh cabang dan rantingnya telah habis. Si Dul usul agar Sang Pohon yang besar itu rela ditebang, walaupun tinggal batangnya saja tapi , karena amat besar, batang sang pohon cukup untuk membangun sebuah rumah kayu yang besar. Dengan sedih sang pohon menyetujuinya, walaupun itu berarti akan membunuhnya. Karena setuju akhirnya Sang Pohon ditebang. Ia rela mati agar kayunya dapat dipakai Si Dul membangun rumah idaman.
Siapakah si Dul itu.....?
dan siapakah Sang Pohon....?
Si Dul bisa jadi adalah kita. saya, anda , dan kita semua yang sepanjang hidup selalu berkeluh kesah dan merasa kekurangan. Yang selalu ingin dimanja dan merepotkan orang tua. Kecil merepotkan, remaja menyusahkan, dan sudah dewasa kadang berani menyakiti orang tua. Bahkan rumah tempat orang tua tinggal pun kadang dirongrong untuk dijual sebagai harta waris.
Sang Pohon adalah orang tua kita. Yang sepanjang hidupnya rela mengorbankan apa saja buat anak-anaknya. Yang menangis lebih dulu bila kita gagal, dan yang marah luar biasa jika ada yang menyakiti kita.Yang selalu kita repotkan dari masa kecil kita hingga dewasa. Untuk sekolah , kawin, buat rumah, jaga cucu dan seterusnya sampai kita tidak bisa merepotkannya lagi karena beliau keburu menghadap Ilahi. Dan terkadang sikap dan perilaku kita adalah rantai kesengsaraan yang disematkan di lehernya. Sudahkah kita membahagiakan mereka semasa hidupnya?. Sudahkah doa kita kirimkan hari ini buat orang tua kita yang telah wafat? Sudahkah kita berbakti pada mereka?
(disadur dari bahan internet tahun 1990-an)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar